Rabu, 15 Desember 2010

Mama.....haid itu apa....????

Jika Anda punya seorang putri, tentu cepat atau lambat pertanyaan seperti ini akan ditanyakan sang buah hati. Begitu jg sy. Setelah bertahun2 sejak farah mulai kritis & banyak tanya, pertanyaan ini sudah sering dilontarkan sebetulnya. Hanya saja, selalu berhasil dg jawaban sekedarnya (dan lebih banyak mengelak dg menjawab: "ntar ya....klo farah sudah lebih besar, mama pasti akan jelaskan...."). Dan sekarang, farah sudah genap 7 th. Sudah pasti jawaban sekedarnya sudah tak mempan lagi buatnya. Apalagi kakak sepupunya yg sekarang kelas 6SD sudah haid & farah juga dapat cerita darinya. Sebetulnya yg membuat bingung, bagaimana menjelaskan dg bahasa yg mudah dimengerti anak seusianya agar tak ada kesan 'vulgar' & sampai dimana detail penjelasannya. Farah: (bersiap2 mau sholat) Ma2 : (tak terlihat akan sholat ^^) Farah: Mama gak sholat ?? Ma2 : Ehm.....ma2 lagi gak boleh sholat Farah : Lagi haid ya ma? Kok ma2 tau klo lagi haid? Ma2 : (wadow, mulai lagi nih...... ). Ya.....tau donk. Kan ada tandanya.....(Jawaban yg buruk, krn pasti akan memunculkan pertanyaan baru...) Farah : Emang tandanya apa...?? (Tuh kan......) Ma2 : Ehm.....tandanya.....tandanya.....ehm.....ntar ya, klo farah sudah sebesar kak dina, ma2 pasti akan kasi tau. Ya udah, sholat dulu gih, nanti gak sholat2 nanya mlulu......(Ngeles lagi nih.......) Farah : Iya deh. Itu dialog 3 hari yang lalu. Besoknya, langsung deh nyari2 referensi di net ttg pertanyaan2 anak seputar haid & jawabannya, dari berbagai sumber, artikel & pengalaman2 ibu2 lain. Alhamdulillah, sudah ada gambaran.... :). Ternyata anak2 seusia farah memang sudah sepantasnya dijelaskan tentang ini, karena kita tidak tau pasti kapan putri kecil kita akan mengalami proses menstruasi. Idealnya, menstruasi akan datang saat usia anak antara 9 sd 13 th. Tapi bukan tak mungkin akan datang lebih awal, mengingat faktor kecukupan gizi anak yang bertambah baik, ditambah lagi faktor eksternal (televisi, internet, teman2 & lingkungan sekitar) yang bisa membuat anak menjadi lebih cepat dewasa. Daripada anak mendapat penjelasan dari orang lain yang bisa membuat anak salah tafsir, lebih baik ibunya kan yang menjelaskannya. Kita bisa memberikan penjelasan yang lebih terarah & menyesuaikan dengan daya tangkapnya, sambil mengamati reaksi yang mungkin timbul atas penjelasan2 kita. Dialog tadi malam: Farah : Ma2 msh belum sholat..?? Masih haid ya ?? Ma2 : Iya Farah : Emang berapa hari sih haidnya? Kok bisa tau haidnya sudah habis atau belum?? Ma2 : (mulai lagi deh, tapi karena sekarang sdh tau jawabannya, jadi bisa santai jawabnya....hihihi) Akhirnya, farah dijelaskan ttg apa itu haid & tanda2nya. Haid itu adalah tanda bahwa seorang anak perempuan sudah bukan anak2 lagi alias remaja. Tandanya, akan keluar sedikit darah dari vgn. Makanya farah biasa lihat ma2 pake popok, supaya darahnya gak kotor kena baju atau celana. Farah : Popok itu namanya softek mama. Bukan popok. Kak dina yang bilang. Ma2 : (hihihihi.....klo lagi kepergok farah lagi masangi pembalut, aku bilang aja lagi pake popok, takut ma2 ngompol.....hehehe). Iya, namanya pembalut, softek itu cuma merknya. Sekarang farah sudah ngerti kan? Farah : (mengangguk) Sungguh diluar dugaan, awalnya aku mengira reaksi farah akan terlihat takut atau jijik. Tapi ternyata tidak sama sekali. Dia terlihat amat tenang & mendengarkan dengan seksama. Setidaknya, sementara ini dia sudah mengerti. Farah ternyata sudah lebih 'matang' dari yang kukira. Sudah lebih siap dari yang aku sangka. Kalaupun akan muncul pertanyaan yang lebih detail dikemudian hari, aku sudah lebih siap dengan jawaban2nya. Demi farah, ma2 akan terus banyak belajar lagi.....

Rabu, 08 Desember 2010

Anak-anak & Harga Diri

Harga diri pd anak2..??? saya awalnya tidak begitu 'ngeh' soal ini. Yang saya tahu, anak2 perlu dipupuk rasa kepercayaan dirinya sejak kecil. Ternyata Kepercayaan diri ini amat berkaitan dengan Harga Diri pada anak. Dan setelah sebuah 'kasus' terjadi pada putri saya, barulah saya merasa 'ngeh'.

Kejadiannya sudah lama sebetulnya, saat itu farah masih di TK B. Suatu hari sepulang sekolah, farah dg wajah sedih cerita, ada seorang temannya Kiki (bukan nama sebenarnya), telah meminta teman2nya yg lain utk tidak berteman dgn farah. Alasannya, farah dibilang miskin karena belum punya mobil. Maklum, farah bersekolah di sekolah swasta yang terbilang 'elit' di kota kami, yang sebagian besar murid memang diantar jemput dengan mobil pribadi, sementara farah waktu itu hanya dengan sepeda motor. Selanjutnya, saya berusaha memberikan pengertian pd farah, bahwa dibalik semua keterbatasan yang kita miliki, kita masih jauh lebih beruntung dibanding banyak org2 yg jauh lebih tak berpunya dibanding kita. Kita jauh lebih 'kaya' dibandingkan yang lain, dan tentu saja ditambah nasehat utk tidak memilih2 teman & tidak membanding2kan org lain spt yg dilakukan temannya. Yang saya tahu, farah mengangguk (tanda mengerti), kembali tersenyum, dan saya menganggap, ini cuma masalah sepele anak2 dan dgn cerianya farah kembali, saat itu kasus telah saya anggap selesai.

Selesai........??? ups...ternyata saya salah besar...!!!. Kira2 1 tahun selanjutnya, setelah duduk di kelas 1, saya mendengar cerita, kalau farah ada 'laporan' pada ibu si Kiki, bahwa dia sekarang sudah punya mobil. Mungkin saja si ibu bilang: "Ngapain bilang2, mau pamer ya....." Yang jelas, sejak saat itu farah di cap "comel/cerewet" oleh si ibu. Yang menjadi pertanyaan saya, kenapa dia merasa 'musti lapor' pada ibunya Kiki...??? padahal Kiki saat itu bukanlah teman sekelasnya di kelas 1, sangat jarang main bersama, apalagi bertemu dengan ibunya.

Memori saya langsung terbang pada kejadian setahun yg lalu saat farah di TK B. Ya, kejadian saat dia yg mungkin saat itu merasa 'terlecehkan' oleh komentar temannya yg bilang dia miskin hanya karena belum punya mobil. Dan disaat dia sdh punya mobil, dia merasa berhak utk melakukan 'klarifikasi', hanya pada Kiki & ibunya untuk memperbaiki harga dirinya......

Saya seketika terkesima mengetahui hal ini. Saya tak menyadari, bahwa kejadian lalu yg saya anggap sepele, ternyata begitu membekas dihati farah dan bahkan cukup melukai perasaannya. Saya baru menyadari, bahwa putri kecil saya ternyata amat peka & sudah bisa merasakan tersinggung saat sudah menyangkut harga dirinya. Saat itu saya amat sedih, ternyata saat itu putri kecil saya terluka perasaannya dan saya sebagai ibunya tak menyadarinya.......

Ternyata, seorang kanak2 juga bisa tersinggung & terluka harga dirinya, tanpa mereka sendiri memahami namanya. Semenjak kejadian itu, saya semakin berhati2 jika berbicara & bersikap, jangan sampai ucapan2 saya melukai perasaan & harga dirinya. Karena harga diri seseorang berhubungan erat dengan kepercayaan dirinya. Saya tidak ingin putri kecil saya menjadi kehilangan kepercayaan dirinya hanya karena kesalahan orangtuanya dalam berkata2. Karena dalam keluarga, terutama orang tua lah porsi yang paling besar dalam menentukan kepercayaan diri anak hingga dewasa kelak.

Dari sebuah artikel yang saya baca, anak yang memiliki harga diri akan lebih bahagia, mudah beradaptasi, kreatif, lebih percaya diri dan ulet. Dan sebagai orangtua tentunya kita menginginkan anak kita tumbuh menjadi orang yang memiliki harga diri. Karena itu jangan pernah mengucapkan kata2 negatif pada anak (nakal, bodoh, pemalas, cengeng, manja...dll...) & berikan dorongan positif dan dukungan kepada anak kita, karena sikap kita sbg orang tua merupakan faktor terpenting dalam menciptakan rasa percaya diri dan harga diri anak. Perlakuan orang tua selama masa pertumbuhan anak akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan mereka selanjutnya. Dan yang tidak kalah penting, peka terhadap perasaan anak terhadap output yang diterimanya dari lingkungan disekitarnya.

  

Dilemaku.....bekerja, khadimat, anak........

Khadimat alias PRT sekarang ini makin langka aja deh. Semakin sulit mencari para wanita yg mau bekerja sbg khadimat. Klo di daerahku ini (Pontianak & sekitarnya), para wanita (terutama yg blm menikah) lebih suka bekerja sebagai pelayan di rumah2 makan & penjaga toko, sementara yg lebih dewasa (dan yg sedikit nekat), lbh suka bekerja di negara tetangga (Malaysia). Hal ini sebetulnya berarti positif, mungkin karena semakin tingginya  tingkat pendidikan, semakin luasnya pergaulan & wawasan & semakin majunya daerah terpencil sehingga akses keluar daerah cepat tersebar & membuat wanita2 di pedesaan memiliki lebih banyak pilihan dalam bekerja.

Buat wanita bekerja, tentu sosok khadimat menjadi sangat penting. Bekerja jadi lebih tenang karena anak2 ada yang menemani & rumah tetap bersih & rapi. Coba kalo' gak ada khadimat, anak2 siapa yg akan menemani dirumah.........hiks....hiks....

Khadimat dirumah, saat ini baru sekitar 4 bulan bekerja, tapi sangat suka dengan cara kerjanya. Walau tak 100% sesuai harapan, tapi toh sudah sangat membantu karena tidak pernah 'rewel'. Farah juga betah dirumah karena si kakak bisa diajak main bersama. Pokoknya, sudah cocok deh....
Tapi ternyata, 'kontrak' kerja si kakak cuma bertahan 4 bulan. Si kakak akhir bulan ini terpaksa harus mudik, karena ibunya memintanya untuk menetap di kampung & membantunya bekerja di ladang saja. Aku juga gak bisa menahan, toh yang meminta ibunya kan......

Nyari khadimat baru.......itu sama sulitnya dgn nyari kerja di zaman sekarang. Farah dibawa ke rumah nenek saja? Keknya juga bukan pilihan yang tepat. Selain Mamak sudah semakin tua, farah juga tipe anak rumahan alias lebih senang di rumah. Sementara kakak2 ku juga bekerja semua......huhuhuhu gimana donk.... :'(

Farah memintaku utk berhenti kerja saja supaya bisa menemaninya dirumah. Sebagian besar jiwaku sebetulnya juga ingin melakukan hal yang sama, beeing full time mom for my lovely princess. Tapi bagian kecil jiwaku yg lain, aku wanita aktif & mandiri yg sebetulnya tidak bisa "duduk manis" dirumah "hanya" menanti anak pulang sekolah & suami pulang kerja, dan berharap nafkah bulanan 'hanya' dari suami. Ooh....bukan aku banget.... ><, aku gak bermaksud sombong lho....sueeeer...deh....percaya ya...ya...ya...

Keknya, aku emang musti resign deh dari kerjaan ku sekarang dg jam kerja 8 to 5. Klo pun msh ingin kerja, mungkin nyari kerja yang gak full time day, pulang lebih cepat. Mungkin jg usaha kecil2an yg sempat kurintis dulu, bisa dihidupkan kembali. Gak gampang emang memulai & menjalankan usaha. Mungkin klo aku coba sekali lagi dgn lebih diseriusi, mungkin bisa mendatangkan hasil. Wish me luck yaaaaaa........